KAMPUS

This category contains 22 posts

Jadi Sarjana Jangan Andalkan Ijazah Doang

Ilustrasi. (Foto: Reuters)

Sarjana lulusan perguruan tinggi saat ini tak bisa mengandalkan ijazah saja untuk mencari pekerjaan. Para sarjana pun dituntut memiliki kompetensi dan keterampilan kerja yang baik sehingga dapat terserap pasar kerja dengan cepat.

Setidaknya, hal tersebut diungkapkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar, seperti dikutip dalam situs resmi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), Kamis (30/5/2013).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran sarjana atau lulusan universitas pada Februari 2013 mencapai 360 ribu orang atau 5,04 persen dari total pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang.

“Kesempatan kerja di Indonesia masih terbuka, namun sangat kompetitif. Para sarjana harus melengkapi kemampuannya dengan kompetensi kerja sehingga bisa dengan mudah menentukan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat dan keinginannya,” kata Muhaimin.

Selain itu, tambah dia, perubahan kebutuhan dunia kerja yang sangat dinamis tidak akan pernah menunggu kesiapan dunia pendidikan. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus secara cepat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dunia kerja yang sangat dinamis.

“Perguruan Tinggi diharapkan tidak hanya mampu melahirkan sarjana formal yang berpikir secara intelektual, disiplin, tertib dan teratur, tekun dan berani secara research dalam dunia pendidikan tapi harus siap menyongsong dunia kerja,” tegasnya.

Maka dari itu, Muhaimin mengimbau Perguruan tinggi harus mampu melahirkan pribadi-pribadi yang memiliki etos kerja dan motivasi yang tinggi, kreatif dan inovatif, mampu dengan cepat menyesuaikan keterampilan dan keahliannya dengan kebutuhan dunia kerja.

“Lulusan perguruan tinggi harus mempunyai kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan kebutuhanstakeholder, yaitu harus memenuhi kebutuhan profesional (profesional needs), kebutuhan masyarakat (social needs), kebutuhan dunia kerja (industrial needs) dan kebutuhan generasi masa depan (aspek scientific vision),” papar Muhaimin.

Terkait dengan kompetensi lulusan perguruan tinggi yang sesuai dengan kompetensi kebutuhan kerja (industrial needs), kata Muhaimin Kemenakertrans dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah lama mempersiapkan piranti-piranti, baik aturan, perbaikan mekanisme pembelajaran, serta revitalisasi-revitalisasi yang menyeluruh terhadap sumber daya pendidikan.

“Dalam penyempurnaan program link dan match dibutuhkan perbaikan-perbaikan kurikulum, peningkatan kompetensi guru dan instruktur, penyusunan-penyusunan standar kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri atau pengguna baik dalam negeri maupun luar negeri,” pungkasnya.

Sumber: Okezone Kampus

BACA JUGA:

Sebelum Melamar Kerja, Kenali Dulu Potensi Diri

Ilustrasi : Forbes

Sebagai seorang lulusan perguruan tinggi (fresh graduate) sering kali kita merasa bingung memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat, serta jurusan selama perkuliahan. Maka, kunci utama yang harus dimiliki adalah mengenal potensi diri.

Demikian disampaikan Ketua Job Placement Center (JPC) Universitas Brawijaya (UB) Malang Suyadi dalam Coaching Clinic di UB. Dia menyebut, kegiatan tersebut merupakan sarana bagi mahasiswa untuk mengetahui kemampuan diri dalam memasuki dunia kerja.

“Sangat penting mengetahui dan memahami kemampuan diri agar bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai selain itu kemampuan berbahasa juga sangat diperlukan untuk menghadapi Asean Economoic Community,” ungkap Suyadi, seperti dinukil dari laman resmi UB Prasetya Online, Minggu (2/6/2013).

Pendapat senada juga diungkapkan Team Leader Indo GETJob Iwan Nazarudin. Dia menilai, kegiatan Coaching Clinic merupakan sebuah sarana konsultasi sebelum memasuki dunia kerja.

“Harapannya setelah acara peserta bisa mempersiapkan diri dengan mengetahui potensi yang dimiliki serta memahami perusahaan yang diinginkan,” kata Iwan.

Menurut Iwan, mengetahui potensi diri penting untuk dilakukan sebelum memasuki dunia kerja. Sebab, sebanyak 80 persen lulusan lebih memilih untuk bekerja dibandingkan dengan berwirausaha maupun melanjutkan studi.

Sayangnya, kata Iwan, para pencari kerja kebanyakan tidak memperhatikan impian perusahaan yang diinginkan. Padahal hal tersebut merupakan poin penting bagi pelamar untuk diterima.

“Mimpi perusahaan adalah pengembangan dan keamanan investasi, kepentingan visi dan misi, kecepatan pemenuhan target serta kualitas produk terbaik sehingga menjadi pemimpin kompetitor,” paparnya.

Selain itu, Iwan menambahkan, bersikap jujur merupakan upaya pengembangan dan keamanan investasi. Sedangkan sikap loyal merupakan implementasi kepentingan visi misi perusahaan. “Dua sikap itulah yang merupakan kemampuan soft skill,” tutup Iwan.

sumber: okezone kampus

BACA JUGA:

Biar Dilirik Perusahaan, Fresh Graduate Harus Punya Attitude Baik

Ilustrasi : Reuters

Tuntutan dunia kerja yang semakin tinggi, membuat para pencari kerja selayaknya meningkatkan kompetensi dirinya sendiri. Bekal kompetensi yang dimiliki saat kuliah tidak lagi cukup untuk mampu bersaing dalam dunia kerja kelak.

Lantas kompetensi apa yang harus dikuasai oleh seorang pencari kerja? Mengupas tuntas masalah tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menggelar Seminar Dunia Kerja dan International Certification Program.

Acara besutan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Informasi (FTIF) itu menghadirkan Head of Mobile App. Development Community Telkomsel, Dito Respati. Pada kesempatan tersebut dia menyebut, saat ini dalam mencari calon karyawan, perusahaan atau instansi  menerapkan model perekrutan berbasis kompetensi.

Sehingga, lanjutnya, lulusan perguruan tinggi tidak dilihat dari ijasahnya saja, tetapi kemampuannya. Tidak hanya, Dito menyebut, dalam dunia kerja dikenal istilah TASK yaitu talent, attitude, skill, dan knowledge.

“Keempat aspek tersebut mutlak harus dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi. Namun dari keempat tersebut yang paling utama adalah attitude. Di mana pun attitude akan selalu jadi penilaian nomor satu. Sedangkan urutan kedua barulah skill,” papar Dito, seperti dikutip dari ITS Online, Jumat (10/5/2013).

Senada dengan Dito Respati, Dekan Fakultas Teknologi Informasi (FTIF) Agus Zainal Arifin, juga menekannya perlunya spesialisasi bagi lulusan perguruan tinggi. ”Ke depannya, lulusan dari perguruan tinggi haruslah mempunyai standar bidang keahlian masing-masing program studinya,” tutur Agus.

Untuk mendukung peningakatan kualitas dari lulusannya, setiap perguruan tinggi harus mempunyai standar learning outcomes. Pasalnya, pada 2014 akan diberlakukan kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). ”Dengan adanya KKNI, lulusan tiap perguruan tinggi akan memiliki ‘harga jual’ yang sama,” tegasnya.

Akibatnya, lulusan perguruan tinggi yang mempunyai sertifikasi pada suatu bidang keahlian tertentu akan mempunyai nilai yang lebih tinggi. Misalnya, lulusan yang mempunyai sertifikasi internasional akan lebih dicari perusahaan. ”Persaingan dalam dunia kerja yang semakin ketat, harus dibarengi dengan kompetensi baik,” tandas Agus.

Sumber: okezone kampus

BACA JUGA:

Kompetensi Bukan Hanya Knowledge, Tapi juga Soft Skills

Perkembangan zaman dan pesatnya globalisasi tidak hanya memunculkan berbagai fenomena sosial, ekonomi, budaya dan teknologi, tetapi juga kian ketatnya tingkat kompetisi baik antarnegara maupun antarindividu. Menurut Rektor Universitas Sebelas maret (UNS) Surakarta, Ravik Karsidi, ketatnya kompetisi ini perlu dijawab dengan kompetensi yang tepat, terutama pada para lulusan perguruan tinggi.

Pria yang memulai karier kependidikannya di UNS pada 1981ini berujar, perguruan tinggi sebagai lembaga yang mengembangkan knowledge, juga mesti mencetak mahasiswanya agar memiliki soft skills yang memadai. Dengan demikian, para lulusannya pun dapat menjadi individu yang kompeten. Menurutnya, lulusan yang kompeten tidak sekadar mampu menguasai pengetahuan dan teknologi di bidangnya, melainkan juga mampu mengaplikasikan kompetensinya dan memiliki soft skills yang memadai.

Sarjana Ilmu Pendidikan dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNS itu memaparkan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diberikan perguruan tinggi kepada para lulusannya adalah bekal hard skills. Sementara itu, bekal soft skills diberikan melalui pengembangan kemampuan berkomunikasi baik lisan, tulisan maupun gambar, kemampuan bekerja secara mandiri atau tim, kemampuan berlogika dan kemampuan menganalisis.

“Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa untuk mencapai puncak keberhasilan, bukan hanya hard skills yang dibutuhkan, tetapi juga soft skills. Bahkan dalam banyak hal, keunggulan seseorang pada soft skills justru menjadi faktor penting yang menentukan keberhasilan hidupnya,” ujar Ravik ketika ditemui Okezone di ruang kerjanya, kampus UNS, Solo, baru-baru ini.

Pakar Sosiologi Pendidikan itu mengimbuh, selain menyeimbangkan hard skills dan soft skills, pihak kampus juga harus terus mengasah potensi mahasiswanya. Dalam hal ini, ujar pria asli Sragen itu, potensi diri mahasiswa yang terdiri dari cipta, rasa dan karsa diaktualisasikan dalam “karya” mereka. Potensi inilah yang melahirkan beragam kreasi dan prestasi para civitas akademika.

Proses mengasah potensi ini juga dimaksudkan untuk membentuk jiwa kewirausahaan dan kemandirian para mahasiswa. Sehingga, ketika lulus dari perguruan tinggi mereka akan memiliki bekal untuk menggapai sukses.

Menurut pria kelahiran 2 Juli 1957 ini, pengembangan jiwa kewirausahaan di perguruan tinggi akan bermanfaat tidak hanya bagi para mahasiswa  tetapi juga bagi institusi perguruan tinggi tersebut. Ravik menyebut, hal ini akan menciptakan keseimbangan akademis; kemampuan bersikap dan kemampuan berkarya dalam rangka menuju pengembangan diri, baik sebagai wirausaha baru (WUB) yang profesional, mandiri dan inovatif; serta menjadi alumni yang berwawasan kemandirian.

“Selain itu, akan memperpendek masa tunggu lulusan dalam mendapatkan pekerjaan. Juga mewujudkan program entrepreneur education untuk mencapai terbentuknya sumber daya manusia yang terdidik, berkualitas dan mandiri,” imbuh pemegang gelar master dan doktor dari Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.

Sumber: okezone

BACA JUGA:

 

Kompetensi yang Dicari Perusahaan

Ilustrasi: Her Campus.

Bukan rahasia lagi jika masih ada jurang antara kebutuhan dunia industri dengan kompetensi para lulusan perguruan tinggi. Apa sebenarnya kompetensi yang dicari pihak industri dalam diri mahasiswa?

HC Analyst Recruitment & Career Develompent Division Astra International Puti Larasati mengakui adanya gap tersebut. Bahkan, dia menyatakan, keterlibatan pihaknya dalam kegiatan semacam job fair bukan bertujuan untuk proses perekrutan.

“Bagi kami, Job Fair di kampus-kampus, tujuan utamanya bukan rekrutmen tapi awareness dari mahasiswa. Rekrutmen pasti dapat. Tapi targetnya diturunkan jika dibandingkan rekrutmen langsung. Misalnya dari pelamar 1.000 kami bisa rekrut 900 tapi kalau di job fair dari 1.000 pelamar, hanya kami berikan 700,” ujar Puti kepada Okezone, di sela Binus Online Job Expo, di Kampus Binus, Jakarta Barat, Rabu (20/3/2013).

Mewakili pihak industri, Puti menyebutkan sejumlah kompetensi yang dicari dalam diri para lulusan. Kriteria pertama, katanya, pihak industri, khususnya Astra, melihat kemampuan akademis calon karyawan.

“Kami cari orang yang pintar. Karena bagaimanapun juga, kapasitas otak tetap diperlukan. Namun, mereka juga harus memiliki banyak kegiatan di luar kampus. Bukan sekadar mahasiswa kuliah pulang-kuliah pulang (kupu-kupu),” ungkapnya.

Menurut Puti, exposure di luar akademis, seperti organisasi dan beragam kegiatan komunitas lainnya menunjukkan jika orang tersebut mau berkembang. Ada keinginan untuk terus mengembangkan diri dan tidak cepat puas.

Kompetensi selanjutnya, adalah kemampuan bekerja dalam tim. “Salah satu value astra team work, jadi kalau tidak mampu bekerja dalam tim, maka tidak akan lolos seleksi,” papar Puti.

Semua kompetensi tadi, tambahnya, harus didukung oleh interpersonal skill yang baik. Puti menegaskan, kemampuan komunikasi antarpersonal tidak dapat diukur dengan banyaknya jumlah teman atau follower dalam akun jejaring sosial.

“Selain itu, kami juga mencari anak-anak yang memang mau belajar. Ini akan kelihatan dari pola berorganisasi yang mereka jalani,” tutupnya.

Sumber: Okezone

BACA JUGA:

UI Punya 250 Guru Besar

Setelah melantik dua guru besar baru hari ini, Rabu (20/3/2013), Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Biran Affandi mengatakan, hingga saat ini, UI sudah memiliki 250 guru besar. Biran mengatakan bahwa UI memang tergolong kampus dengan guru besar yang terbanyak. Namun, lanjutnya, jumlah ini masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa UI yang ada.

“Masih kurang karena kita memiliki 13 fakultas, sementara mahasiswa kita sekitar 50.000,” tuturnya usai pelantikan dua guru besar FT UI di Balai Sidang UI.

Selain itu, Biran mengatakan, jumlah guru besar yang dimiliki UI masih kurang ideal jika melihat cita-cita UI untuk menjadi research university atau universitas riset. Pasalnya, sebuah universitas riset ditandai dengan riset yang terus berkembang yang didorong oleh para guru besarnya.

“Apa artinya research university? berarti bahwa yang diajarkan itu bukan hasil semata dari baca buku, tetapi dari hasil pengalaman dan hasil penelitian sehingga dengan demikian ilmu berkembang. Kalau cuma mereproduksi diktat 10 tahun lalu ya enggak ada gunanya,” tandas Biran.

Hari ini, UI melantik Danardono Agus Sumarsono dan Isti Surjandari Prawiradinata dari FT UI menjadi guru besar tetap. Danardono dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang teknik otomotif dan desain rancang bangun mekanikal, sementara Isti sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang rekayasa kualitas

Dalam acara pelantikan ini, Isti membacakan pidato bertajuk “Peran Rekayasa Kualitas dalam Meningkatkan Daya Saing Industri di Era Globalisasi”. Menurut pengajar di Departemen Teknik Industri FT UI ini, rekayasa kualitas dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas produk yang lebih berdaya saing di pasar.

Sementara itu, Danardono membacakan pidato berjudul “Menuju Kemandirian Industri Alat Transportasi Darat Nasional Masa Depan Berbasis Penguasaan Teknologi Rancang Bangun dan Manufaktur”. Pengajar Departemen Teknik Mesin FT UI ini berpendapat bahwa kendaraan listrik merupakan solusi masa depan untuk mendukung pelestarian lingkungan dan ketahanan nasional di bidang energi.

Dari 250 guru besar yang dimiliki UI, Fakultas Teknik UI memiliki jumlah guru besar terbanyak dengan 42 profesor, diikuti oleh Fakultas Kedokteran dengan 35 profesor.

Sumber: Kompas 

BACA JUGA:

Jurusan Kuliah Paling Diincar

Memilih jurusan kuliah bukanlah urusan yang sepele. Penting untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat Anda.  Untuk menemukan jurusan yang sesuai pula, carilah informasi sebanyak-banyaknya. Internet menyediakan banyak informasi, diskusi dengan senior atau alumni dari jurusan tersebut juga sangat berguna.  Nah, di Inggris, seperti dikutip dari Telegraph, penyedia informasi University Course Finder mencatat ada 10 jurusan yang paling diincar dan paling banyak dicari informasinya oleh para user. Jurusan apa saja?

10. Ilmu Hayati Jurusan

Ilmu Hayati atau yang sering dikenal dengan nama Bioscience menyingkirkan Geografi dari daftar 10 besar jurusan yang paling dicari informasinya oleh para calon mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi pada tahun 2013. Tercatat sekitar 3,58 persen user di Inggris yang mencari informasi tentang jurusan Ilmu Hayati melalui University Course Finder.

9. Matematika

Fakta bahwa sekitar 3,71 persen user dari Inggris mengincar dan mencari banyak informasi tentang jurusan Matematika dinilai sebagai sebuah kabar gembira.

 8. Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

Ada sekitar 62.670 mahasiswa yang terdaftar di jurusan TI dan Ilmu Komputer di universitas-universitas di Inggris saat ini. Dengan jumlah itu, jurusan ini menjadi program studi yang penting belakangan ini. Dalam perhitungan University Course Finder, sekitar 4,20 persen user tertarik pada kemampuan coding.

 7. Bahasa Inggris

Di Inggris, makin banyak mahasiswa yang ingin belajar sastra dalam bahasa ibunya. Sekitar 4,35 persen user di University Course Finder untuk kuliah di tahun 2013 penasaran dengan informasinya dan berharap masuk ke jurusan ini.

6. Hukum Hukum

menjadi jurusan yang dinilai mampu menghasilkan alumni dengan gaji awal terbesar kedua di Inggris setelah Investment Banking. Gaji awalnya rata-rata 38.000 poundsterling. Tercatat sekitar 4,36 persen user University Course Finder ingin tahu dan berminat untuk masuk jurusan ini.

5. Ekonomi

Ekonomi masuk ke daftar lima besar jurusan yang paling dicari informasinya di University Course Finder. Ada sekitar 4,63 persen user mencari tahu informasinya dan mengincar masuk ke jurusan ini.

 4. Kedokteran

Jurusan yang dinilai sebagai penghasil alumni dengan gaji terbesar di Inggris. Kedokteran duduk di peringkat keempat pada daftar jurusan yang paling banyak dicari informasinya. Menurut University Course Finder, sekitar 4,76 persen user mencari informasi mengenai jurusan Kedokteran.  

3. Bisnis dan Ilmu Manajemen

Bisnis selalu menjadi jurusan yang populer di universitas-universitas di Inggris. Jumlah mahasiswa jurusan ini terbanyak di Inggris dibanding jurusan lain di Inggris. Ada 124.375 mahasiswa yang terdaftar di jurusan ini di Inggris. University Course Finder mencatat, 5,55 persen user mengincar jurusan ini.  

2. Keperawatan

Sarjana Keperawatan menjadi populer di Inggris setelah kebijakan pemerintah setempat pada tahun 2013 yang mengharuskan para perawat memiliki gelar sarjana. Sekitar 5,74 user University Course Finder mengincar dan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai jurusan ini.  

1. Psikologi

Jurusan Psikologi menjadi jurusan yang paling diincar di Inggris, menurut University Course Finder. Ada sekitar 6,75 persen user yang telah mencari banyak informasi tentang jurusan ini untuk memulai kuliah pada tahun ini.

Sumber: kompas edukasi

BACA JUGA:

Aturan Baru SBMPTN / Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

Siswa atau calon peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2013 atau jalur masuk PTN dengan ujian tertulis dan ujian keterampilan dapat memilih tiga program studi yang berbeda.

Ketentuan baru tersebut disampaikan Ketua Umum Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2013, Akhmaloka, Jumat (15/3/2013) malam, di Jakarta.

SBMPTN yang merupakan jalur masuk PTN melalui ujian tertulis dan ujian keterampilan adalah nama baru yang tahun-tahun sebelumnya bernama Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). SNMPTN kita dipakai untuk jalur masuk PTN melalui jalur prestasi atau undangan.

Dalam SBMPTN 2013, untuk kelompok ujian saintek, siswa dapat memilih tiga program studi sains dan teknologi. Bagi kelompok ujian soshum, siswa bisa memilih tiga program studi sosial dan humaniora. Adapun kelompok ujian campuran, dapat memilih program studi campuran dari kedua kelompok itu.

”Peserta ujian yang memilih dua program studi atau tiga program studi, salah satu pilihan program studinya harus dari PTN yang berada dalam satu wilayah dengan tempat peserta mengikuti ujian,” kata Akhmaloka.

SBMPTN 2013 diikuti 62 PTN dengan tambahan PTN baru, yakni IAIN Walisongo, Semarang. Seleksi ini dapat diikuti siswa yang telah lulus Ujian Nasional 2011, 2012, dan 2013. Adapun SNMPTN 2013 hanya diperuntukkan bagi siswa yang akan lulus UN tahun 2013.

Pendaftaran

Jadwal pendaftaran secara online SBMPTN 2013 akan dibuka 13 Mei pukul 08.00 hingga 7 Juni pukul 22.00. Adapun ujian tertulis pada 18-19 Juni 2013 dan ujian keterampilan pada 20 dan/atau 21 Juni 2013. Hasil SBMPTN akan diumumkan 12 Juli 2013.

Sekretaris SBMPTN Rohmat Wahab menambahkan, biaya pendaftaran bagi kelompok ujian saintek dan soshum masing- masing Rp 175.000. Adapun untuk kelompok ujian campuran Rp 200.000.

Wahab memberi penjelasan, SNMPTN 2013 yang merupakan jalur prestasi atau undangan diikuti 762.690 siswa dari jumlah total 1,8 juta siswa kelas XII yang terdaftar di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) SNMPTN. Dari seleksi berbasis prestasi akademik dan non-akademik, diharapkan dapat diterima 135.381 siswa di 61 PTN.

Sistem PDSS akan diaktifkan kembali Agustus mendatang agar sekolah dapat secara bertahap memasukkan semua data siswa kelas XI dan X lebih lengkap. Harapannya, pada saat pendaftaran seleksi tahun 2014 sekolah tidak terbebani.

sumber: Kompas

BACA JUGA:

Merantau dan Tinggal di Mana

Image: corbis

Setelah wisuda dan meraih gelar sarjana, kita kerap flash back ke masa-masa kuliah dulu. Ternyata, kita sanggup, ya, bangun lebih awal dan menembus dingin untuk kuliah pagi, mengerjakan banyak makalah tiap minggu, dan menyelesaikan skripsi ratusan halaman. Sekarang, dengan ijazah di tangan, semua perjuangan itu tampaknya terbayar tunai.

Eits, tunggu dulu. Lulus kuliah dan diwisuda bukan berarti perjuangan kita selesai. Bahkan, kita harus segera menyambut dunia baru dan menempuh perjuangan lainnya. Di mana kita akan tinggal? Apakah kita bersedia merantau lagi untuk sebuah pekerjaan yang menjanjikan? Apa harapan paling minim dan tujuan paling kecil yang kita miliki?

Ternyata, enggak semudah yang kita bayangkan, ya. Untuk menentukan di mana kita akan tinggal, sebaiknya kita membuat satu daftar pertimbangan.

Tujuan jangka menengah dan panjang

Mungkin dulu kita masih berbagi rumah dengan teman-teman di sekitar kampus,  atau tinggal di asrama untuk memudahkan pekerjaan sampingan kita sebagai asisten laboratorium di kampus. Tetapi, sekarang kita punya pilihan.

Kebanyakan fresh graduate di Tanah Air akan kembali ke rumah orangtuanya begitu lulus kuliah di luar kota. Kita memang tidak berpikir untuk langsung membeli rumah, kan? Apalagi jika kita belum memiliki pegangan pekerjaan.

Surviving College, Jumat (16/11/2012) menyarankan, kita sebaiknya melihat tujuan jangka panjang dan mencari tahu kemampuan finansial kita untuk menentukan apakah kita akan menyewa rumah atau membelinya.  Kita seharusnya membuat keputusan tentang kondisi hidup berdasarkan pertimbangan finansial. Apakah harus naik kendaraan ke tempat kerja? Apakah kita sudah memiliki kendaraan atau berpikiran untuk membeli kendaraan? Berapa yang harus kita keluarkan untuk ongkos ke kantor?

Poin-poin ini sebaiknya telah kita pertimbangkan sejak masa mencari kerja. Tetapi jika belum, pastikan kita mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan tadi ketika memutuskan biaya tertentu yang akan kita keluarkan.

Pengeluaran

Ketika pindah ke tempat sendiri, entah itu menyewa atau membeli rumah, kita harus sudah mempertimbangkan semua pengeluaran yang harus ditanggung. Kita sebaiknya membayar uang sewa hingga dua tiga bulan ke depan, termasuk dengan depositnya.

Jika kita pindah ke kota baru, memindahkan barang-barang pasti butuh biaya. Ditambah, biaya hidup di kota baru tersebut bisa jadi lebih mahal. Pastikan kita memiliki uang pegangan yang cukup untuk menutupi kebutuhan lain, termasuk menabung dan mungkin saja simpanan untuk uang muka rumah suatu hari nanti.

Pekerjaan

Bahkan jika kita lulus dengan predikat “sangat memuaskan” dan sederet prestasi kehormatan lainnya, jangan harap memiliki pekerjaan pertama sama mudahnya dengan meraih hal itu. Beberapa bulan pertama dalam sebuah menjalani pekerjaan baru  adalah masa-masa penting. Kita harus membuat kesan yang baik dan menempatkan diri kita di komunitas yang telah memiliki sistem sendiri.

Dan ini berarti bukan hanya menyangkut keamanan pekerjaan yang kita miliki, tetapi ada banyak orang yang akan menjadi rekan kerja kita selama hari-hari berikutnya. Berkenalanlah dan bertemanlah dengan mereka.

Selain itu, menunjukkan kinerja yang baik dan menabung akan memunculkan stabilitas dan sumber daya yang kita butuhkan ketika ingin membeli rumah sendiri. Sampai saat itu tiba, pilihlah tempat yang memenuhi kebutuhan kita, dan juga ramah kocek.

okezone.com

 

BACA JUGA:

Tim ITB Juara Umum di International Oil and Gas Symposium (IOGS) 2012

Foto : ITB

Mahasiswa Indonesia kembali mencetak prestasi yang membanggakan di dunia internasional, khususnya di bidang perminyakan dan gas bumi. Tiga tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sukses memborong juara pertama pada 3 kategori lomba di ajang International Oil and Gas Symposium (IOGS) 2012 yang diselenggarakan pada 7-8 November lalu di Johor Bahru, Malaysia.

Pada kompetisi yang digelar oleh Society of Petroleum Engineers Universiti Teknologi Malaysia Student Chapter (SPE UTM SC) tersebut, ITB menyandang gelar juara umum. Ketiga bidang perlombaan itu adalah Petrobowl Asia Pacific Smart Competition, Paper Competition, dan Oil Rig Design.

Pada Petrobowl Asia Pacific Smart Competition, tim ITB diwakili oleh Muhammad Romadhona (JurusanTeknik Perminyakan 2009), Radhityo Baskoro (Jurusan Teknik Perminyakan 2009), dan Syarif Kamal (Jurusan Teknik Perminyakan 2010). Peringkat kedua dihuni oleh tim dari Universitas Indonesia (UI) dan Universiti Teknologi Petronas (UTP) Malaysia pada tempat ketiga.

Untuk kompetisi paper, tiga mahasiswa program studi (prodi) Teknik Perminyakan angkatan 2009, yakni Enggar Amertacahya, Budi Khoironi, dan Ade Anggi Naruliawan Santoso sukses menyisihkan pesaing-pesaing yang berasal dari negara se-Asia Pasifik itu.

Enggar menjadi perwakilan tim ITB untuk mempresentasikan paper mengenai terproduksinya air pada sumur minyak horizontal. Sementara itu, Nik Fazril Ain Binti Sapian dari UTP Malaysia meraih juara dua dan Md Moniruzzaman Bapari asal Bangladesh menempati posisi ketiga.

Di kategori Oil Rig Design, juara pertama berhasil dibawa pulang ITB lewat tim yang beranggotakan Irfan Taufik Rau Hasibuan, Ramadhana Aristya, Yosaka Eka Putranta, Michael Ari Dhanto, dan Kanisius Sagari Lodiwa. Posisi runner up ditempati tim dari UTP Malaysia dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta di posisi ketiga.

Untuk mengikuti kompetisi dwi-tahunan kali ini, Society of Petroleum Engineers Institut Teknologi Bandung Student Chapter (SPE ITB SC) telah mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Misalnya untuk kompetisi Petrobowl, SPE ITB SC melakukan seleksi internal, simulasi-simulasi rutin, dan latihan kompetisi guna mematangkan tim.

“Sebenarnya kami tidak berpikir akan dapat memenangkan semua kompetisi. Tapi tentu kami optimistis karena kami sudah mempersiapkan segalanya dengan sebaik-baiknya,” ujar Enggar.

Banyak pihak yang terlibat dalam kemenangan ini. Salah satunya adalah dosen pembimbing dalam pembuatan paper tim ITB, yakni Taufan Marhaendrajan, Pudji Permadi, dan Amega Yasutra.